Oleh Jemmy Ibnu Suardi
Republika.id melansir Amerika menjanjikan investasi miliaran dolar ke Indonesia jika mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Suatu iming-iming yang menarik dimana kondisi perekonomian saat ini sedang sulit. Sebuah tawaran yang menggiurkan, kalau diterima bukan tidak mungkin ibukota baru Indonesia seperti yang didambakan Jokowi sebagai legacy akan mudah diwujudkan.
Amerika saat ini memang sedang gencar-gencarnya mencomblangi negara-negara Islam untuk membuat hubungan diplomatik dengan Israel. Salah satunya adalah Uni Emirate Arab (UEA) yang sudah melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Terbaru Maroko pun akhirnya menandatangi hubungan diplomatik dengan Israel.
Sebagai sebuah bangsa yang besar, Indonesia selalu konsisten berjuang untuk menghapuskan penjajahan diatas dunia. Indonesia selalu terdepan dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina. Bukan hanya saat ini Amerika menawarkan bantuan miliaran dollar ke Indonesia. Ketika Indonesia dalam kondisi sulit di masa awal kemerdekaan, Amerika pernah menawarkan bantuan dana miliaran dollar kepada Soekarno.
Dalam bukunya Cindy Adams berjudul, Soekarno : an Autobiography dan Sewindu Dekat Bung Karno karya Bambang Widjanarko, di tahun 1960, Soekarno pernah mengamuk didepan kongres Amerika karena merasa dipermainkan dan dilecehkan tersebab bantuan milliaran dollar ini. Kondisi perekonomian Indonesia saat itu memang sedang sulit, apalagi sebagai sebuah negara yang baru merdeka, Indonesia harus dihadapkan dengan warisan hutang kolonial Belanda yang besar, ditambah lagi urusan politik dalam negeri yang cukup pelik.
Presiden AS, Dwight D.Eisenhower saat itu mencoba untuk menjalin “hubungan baik” dengan Soekarno dengan menawarkan bantuan dana miliaran dollar. Alih-alih terjalin suatu keakraban Soekarno malah marah-marah karena merasa dilecehkan oleh Eisenhower. Kebencian Soekarno atas imperialisme Barat, dengan ringannya Soekarno menolak mentah-mentah tawaran menggiurkan tersebut, bahkan mengejek dengan menyebut, “Go to hell with your aid!“
Bapak Proklamasi Indonesia Soekarno Hatta tercatat sebagai pemimpin bangsa yang konsisten untuk menolak hubungan diplomatik apapun dengan Israel. Meskipun Soekarno dikenal sebagai seorang yang memiliki kecenderungan ideologi sekular dan ke kiri-kirian, namun Soekarno tetap konsisten berjuang untuk menghapuskan penjajahan di atas dunia sampai akhir hayatnya terkhusus Palestina.
Palestina yang dijajah oleh Israel sejak awal selalu dibela dan diperjuangkan oleh Soekarno. Tidak hanya sebatas pemanis bibir untuk meraup suara konstituen, otoritasnya sebagai seorang Presiden benar-benar menunjukan Soekarno sebagai seorang anti penjajahan Israel. Selama penjajahan atas Palestina oleh Israel masih terjadi, selama itu pula, bangsa Indonesia akan berdiri terdepan untuk kemerdekaan Palestina.
Solidaritas Indonesia kepada Palestina tidak perlu diragukan lagi. Dalam satu kesempatan, padahal Indonesia selangkah lagi akan mencicipi kompetisi bergengsi piala dunia, namun ketika lawan tanding yang harus di hadapi adalah Israel, maka Soekarno memerintahkan Timnas Indonesia untuk walk out, dengan tidak menghiraukan Israel. Imbasnya Timnas Indonesia harus menunda diri untuk berpentas dikompetisi sepakbola dunia sebagai perlawanan atas penjajahan Israel kepada Palestina.
Sebagai sebuah negara yang baru merdeka, Indonesia saat itu membutuhkan pengakuan kedaulatan dari negara lain, tahun 1949 banyak negara-negara di dunia yang mengakui dan mengucapkan selamat atas kemerdekaan bangsa Indonesia, tak ketinggalan, Israel pun mengirimkan telegram yang mengakui kedaulatan Indonesia, namun Soekarno tidak menghiraukan sama sekali. Bahkan tawaran kerjasama hubungan diplomatik di tolak mentah-mentah. Bung Hatta berujar, keinginan untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sebaiknya ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan.
Soekarno, Presiden Republik Indonesia sebagai pemimpin dari negara-negara yang masih dijajah, tidak pernah menganggap eksistensi Israel. Menginisiasi Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 yang bertempat di Bandung, Soekarno sama sekali tidak memberikan ruang bagi Israel, jangankan memberikan ruang, diundang untuk hadir saja, tidak.
Perlawanan kepada imperialisme Barat dan Israel, Soekarno bahkan membuat sendiri agenda olahraga Internasional setingkat dengan Olimpiade, yang dikenal dengan GANEFO (Game of the New Emerging Forces), karena Indonesia menolak kehadiran Kontingen Israel dalam pentas olahraga dunia, alih-alih Indonesia ikut serta bertanding, bahkan Indonesia keluar dari komite olahraga dunia (IOC).
Sejarah panjang perlawanan Indonesia atas imperialisme Barat dan dukungan atas Palestina, sejatinya membuat Indonesia sebagai bangsa besar, tidak akan ragu menolak mentah-mentah tawaran menggiurkan miliaran dollar dari Paman Sam, apalagi dengan syarat berhubungan dengan Israel, sama saja ini sebagai bentuk pelecehan dan penghinaan. Seorang Soekarnois sejati sudah semestinya mengikuti jejak langkah Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Tak perlu ragu untuk mengucapkan lagi, Go to Hell with your Aid!