Oleh: Andry (Alumni ILA1)
Kedua kata dalam judul diatas memiliki ejaan yang berbeda dan arti yang berbeda namun pengucapannya hampir sama. Tulisan ini berawal dari kelas Madrasah Sirah Nabawiyah bimbingan Ustadz Asep Sobari Lc dimana disampaikan bahwa ada hikmah dalam pembentukan diri (self development) Rasulullah SAW melalui praktek menggembalakan domba yang beliau lakukan sejak kecil. Bahkan proses pembelahan dada Rasulullah SAW yang dilakukan oleh malaikat Jibril dilakukan saat beliau sedang bermain di area penggembalaan domba. Proses ini merupakan fase awal dari tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) sebelum Rasulullah menerima risalah yang lebih besar untuk umat.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu Rasulullah SAW bersabda:
”Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan dia menggembalakan kambing”. Para sahabat bertanya,”Termasuk engkau juga?”Maka beliau menjawab,”Ya, Aku pun menggembalakannya dengan upah beberapa qirat (keping dinar) milik penduduk Makkah”. (HR. Bukhari No 2262)
Menurut Ibnu Hajar ra:
“Hikmah di balik penggembalaan kambing sebelum masa kenabian tiba adalah agar mereka terbiasa mengatur kambing yang nanti dengan sendirinya akan terbiasa menangani problematika manusia.” (Fathul Bari 1/144).
Proses menggembalakan ternak juga dapat kita temukan dalam Kitabullah sbb :
”Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu”.
(QS. An-Nahl (16 ) : 10)
Hikmah yang dapat diambil dari aktivitas Nabi Muhammad SAW menggembala domba sebelum diangkat menjadi nabi antara lain :
- Melatih kesabaran
Proses ini dapat ditemukan bagaimana mengumpulkan hewan ternak yang terpencar dimana diperlukan kesabaran dalam melakukan hal ini. Relevan pada saat mengurusi umat yang akan beranekaragam karakternya sehingga bisa sabar dalam menghadapi problematika umat. Kesabaranpun akan memunculkan rasa kasih sayang kepada umatnya
- Bersikap Adil dalam menghadapi perbedaan
Hewan ternak yang digembalakan pasti memiliki perilaku yang berbeda-beda. Ada yang penurut dan kalem serta ada juga yang aktif, pemarah dan berkelahi antar hewan ternak. Hal ini juga sama dengan membimbing manusia dimana ada perbedaan akal, kecerdasan, budaya, perilaku dll. Dengan sikap adil maka tindakan yang dilakukan bisa tepat dan menenangkan semua pihak. Yang salah ditindak tegas dan yang lemah disayangi dan disantuni
- Kenikmatan jiwa
Menggembala hewan ternak di alam terbuka dapat merasakan keindahan alam dan merenunginya. Bisa jadi proses ini menjadi media self talk akan kebesaran dan keagungan Sang Maha Pencipta Allah SWT
- Membentuk jiwa kepemimpinan
Penggembala yang sudah ahli dapat mengenal kondisi lapangan, alam dan hewan ternaknya dengan baik sehingga dapat memberikan pengaruh positif kepada hewan ternak. Terbentuk rasa percaya (trust) sehingga hewan ternak mau mengikuti arahan dari penggembala, makan dipadang rumput dengan tenang sehingga tumbuh menjadi hewan ternak yang sehat.
Menelusuri lebih jauh lagi kami juga menemukan sebuah tulisan menarik dari Bapak Muhaimin Iqbal (CEO Green Waqf) mengenai Leader Sheep (Domba Pemimpin). Beliau menyatakan bahwa domba adalah makhluk yang luar biasa, mereka tidak cerdas tetapi mereka tahu betul siapa pemimpin mereka. Domba akan panik bila terpisah dari kelompoknya, bahkan Ketika sedang asyik makan rumput-pun mereka selalu saling menjaga visual contact antar sesamanya agar tidak terpisah dari rombongan.
Seekor domba pemimpin biasanya relatif lebih menonjol dibandingkan domba lainnya. Bukan karena fisiknya tapi karena aktivitasnya. Dia cenderung lebih langsing dibandingkan domba-domba lainnya karena Ketika yang lain makan maka domba pemimpin memasang seluruh panca inderanya untuk bisa mendeteksi perubahan lingkungan sehingga kurang konsentrasi makan menjadi lebih kurus. Positifnya perilaku tersebut membuat dia lebih peka terhadap perubahan lingkungan. Dari cerita rakyat di padang pasir yang panas apabila akan datang badai pasir maka domba pemimpin dapat mendeteksinya kemudian berlari mencari perlindungan yang akan diikuti oleh domba-domba lainnya bahkan penggembalanya. Begitu juga di negeri Iceland yang dingin dapat digunakan sebagai indikasi badai salju.
Muhaimin Iqbal berpendapat dengan kondisi diatas setidaknya ada 2 pelajaran kepemimpinan (leadership) yang bisa diambil dari domba pemimpin (leader sheep)
- Domba pemimpin adalah domba yang akan berlari pertama kali dan berada di depan Ketika pintu kendang dibuka. Dia akan menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mendeteksi potensi makanan dan bahaya.
- Domba yang visioner yang mampu “melihat” lebih dulu situasi dan kondisi dibanding domba-domba lainnya
Inilah kata kuncinya, domba pemimpin dia berjalan dahulu kemudian kawanan domba yang dipimpinnya akan mengikutinya dari belakang. Dia di depan memberi contoh dan menanggung resiko pertama, bukan di belakang mengeluarkan instruksi demi instruksi. Kawanan domba secara otomatis akan mengikuti pemimpin yang ada di depan mereka, bukan domba lain yang teriak-teriak di belakang.
Menarik memang tulisan beliau mengenai leader sheep (domba pemimpin) diatas. Untuk menebalkan dan memudahkan visualisasi kita terkait konsep domba pemimpin kita bisa melihat dari karakter domba SHAUN di film animasi anak-anak SHAUN THE SHEEP. Ambil yang positifnya ya, negatifnya jangan jika ada.
Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua untuk belajar kepemimpinan dari berbagai aspek mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. Contoh sederhananya dari aktivitas menggembala ternak yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan juga nabi-nabi lainnya serta tulisan domba pemimpin Pak Muhaimin Iqbal. Jika pembaca ingin praktek maka bisa mencari padang rumput gembala ternak di daerah pedesaan. Jika menemukan padang rumput sulit atau perlu usaha, waktu dan biaya setidaknya kita bisa mulai merenungi hikmah ini sembari menyantap sate kambing, sate domba dan tongsengnya. Perut kenyang akal dan jiwa pun tercerahkan.
Selamat berbuka puasa.