Tazkiyatun Nafs (KH. Bachtiar Nasir)

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Penyakit penyebab penderitaan

Dari kitab Al-Fawaid dari Ibnul Qoyyim Al-Jauziah:

Waspadai enam hal yang membuat kita susah yang berasal dari luar diri kita. Kita tidak bisa hidup tenang jika:

  1. Bagaimana seseorang akan selamat jika pasangannya tidak menyayanginya.
  2. Punya anak tetapi tidak mau menerima kekurangan orangtuanya, tidak mau menerima keadaan orangtuanya, tidak mau memaafkan kealpaan orangtuanya.

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah ujian bagimu.” (Al-Anfal ayat 28).

  1. Bagaimana bisa selamat jika punya tetangga tetapi kita tidak merasa aman dari dia.
  2. Bagaimana rasanya jika punya sahabat tetapi si sahabat tidak mau menasihati saat kita dalam kesalahan. Sahabat menjadi setan bisu tidak mau mau menegur jika temannya melakukan kesalahan. Di sinilah pentingnya memilih teman. Di antara utamanya memilih teman adalah yang mau mengatakan yang benar walau pahit, mau menegur jika kita melakukan kesalahan.
  3. Punya teman kerja atau partner tetapi dia tidak bisa obyektif. Dia membuat kita lelah, capek.
  4. Punya musuh yang tidak pernah tidur dalam memerangi kita.

Penyebab kesusahan yang berasal dari dalam diri:

  1. Ada hawa nafsu di dalam diri kita.
  2. Di depan matanya dunia selalu terasa indah,
  3. Mengikuti hawa nafsu yang melampaui batas.
  4. Ada setan yang selalu memprovokasi dalam dirinya.
  5. Sifat lemah yang menguasai dirinya.
  6. Kelemahan dan kebodohannya dianggapnya benar.

Tetapi jangan khawatir, jika Allah menjadi wali yang melindunginya dan perlindungan Allah telah menyatu dalam dirinya, maka semua penyebab kecelakaan hidup itu akan hancur dengan 2 syarat:

📌Jika Allah melindunginya.
📌Perlindungan Allah telah menyatu dengan dirinya.

Tetapi apabila perlindungan Allah tidak bersama dirinya, dan Allah serahkan kepada dia untuk menyelesaikan sendiri persoalannya, maka pastilah dia akan hancur hidupnya. Betapa banyak kisah orang yang akhirnya hancur hidupnya. Itu karena Allah tidak mau melindunginya dan Allah membiarkannya menyelesaikan sendiri semua urusan hidupnya.

Bagaimana caranya agar Allah berkenan menjadi wali (pelindung) kita, sehingga Allah berkenan mengeluarkan kita dari kegelapan pada cahaya?

Ada hadits dari Abu Hurairah yang sering kita dengar:

“Dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘ Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: ‘barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka sungguh! Aku telah mengumumkan perang terhadapnya. Dan tidaklah seorang hamba bertaqarrub (mendekatkan diri dengan beribadah) kepada-Ku dengan sesuatu, yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Ku-wajibkan kepadanya, dan senantiasalah hamba-Ku (konsisten) bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya; bila Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang digunakannya untuk mendengar, dan penglihatannya yang digunakannya untuk melihat dan tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakannya untuk berjalan; jika dia meminta kepada-Ku niscaya Aku akan memberikannya, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya Aku akan melindunginya.” (H.R. Bukhari).

▶️ Caranya adalah:

✅ Bertaqarrub, mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan perintah yang wajib dan menambahnya dengan yang sunah.

✅ Sampai kapan? Sampai Allah jatuh cinta kepadanya, sampai mendapatkan cinta Allah.

✅ Kalau Allah sudah mencintai kita, Allah akan menjadi pendengarannya jika dia mendengar (sumber ilmu adalah melalui pendengaran), Allah akan menjadi matanya saat dia melihat.

✅ Allah akan menjadi tangannya saat dia berkarya (kerja dan karyanya dilindungi Allah.

✅ Orang ini kalau meminta kepada Allah, akan dikabulkan, levelnya sudah sampai mahabah kepada Allah.

✅ Dan apabila dia memanggil Allah, Allah akan mendatanginya sesuai dengan nama yang kita panggil. Jika dia benar menyebut Asmaul Husna dengan benar, Allah akan menjawabnya.

✅ Jika dia memohon perlindungan kepada Allah, Allah pasti akan melindunginya.

Dari sesi tanya jawab:
Sifat GR manusia terhadap cinta Allah bisa benar, bisa juga salah. Penyaringnya ada di Surat Al-Fajr ayat 15 sampai 20:

✒️ Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, berkatalah dia, “Tuhanku telah memuliakanku.”

✒️ Sementara itu, apabila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya, berkatalah dia, “Tuhanku telah menghinaku.”

✒️ Sebaliknya, kamu tidak memuliakan anak yatim,

✒️ Tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,

✒️ memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang haram),

✒️ dan mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.

▶️Inilah sifat GR manusia yang keliru, karena sudut pandang dari dirinya. Dikiranya jika Allah mencintainya Allah muliakan dan memberikannya nikmat, tetapi jika Allah memberinya cobaan dia merasa Allah telah menghinakannya. Itulah sifat manusia yang salah prasangka atau ge-er (gede rasa).

▶️Jadi yang harus kita lakukan adalah, bagaimana caranya agar kita mendapat perlindungan Allah. Selalu tenang dan berpikir positif dalam setiap kejadian. Jangan salah menilai Allah, jangan menurut takaran apa yang kita mau.

 

Dikutip dari:

Kuliah Semangat Pagi (KSP) 27 Juli 2023

Tema: Tazkiyatun nafs
Pengajar: KH. Bachtiar Nasir

Kontributor: Srisehry

 

Leave a comment

Sosial Media

Instagram@youngislamicleader
Twitter@PemimpinQu
FacebookYoung Islamic Leader

Hubungi Kami

admin@youngislamicleaders.idSekretariatyilead@gmail.com

Channel Youtube