Oleh Aji Fawzy (Alumni ILA 7)
Akhir-akhir ini kita sudah menyaksikan kejadian yang luar biasa di negeri kita. Sebuah organisasi masyarakat yang telah lama berdiri dibubarkan oleh pemerintah dengan kebijakannya. Disampaikan bahwa organisasi tersebut tidak lagi memilki legal standing untuk sebuah organisasi masyarakat berbadan hukum dan beberapa alasan lainnya. Banyak yang pro dan kontra terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut. Terlepas dari apapun hal itu, sekarang kita akan mencatat dalam sejarah Indonesia, bahwa sebuah organisasi Islam telah dibubarkan pemerintah “lagi”.
Kemudian tidak lama sesudah itu, satu hari kemudian dari penetapan kebijakan pembubaran ormas tersebut. Sebuah media mengeluarkan berita bahwa negara Turki sudah tidak aman lagi menjadi tempat wisata. Uni Emirat Arab menarik rakyatnya agar tidak berwisata ke Turki. Media tersebut menjelaskan alasannya karena Turki sudah tidak aman, harga naik, dan wisatawan kemalingan. UEA menghimbau rakyatnya untuk tidak ke Turki yang mana sebelumnya telah dilakukan oleh negara Amerika.
Kejadian-kejadian ini membuat hal itu semakin jelas. Bahwa ada tekanan-tekanan yang diberikan oleh “mereka” kepada Islam. Pada tingkat negara, sebuah organisasi yang berideologikan Islam dibubarkan secara paksa. Pada tingkat internasional, sebuah negara yang ingin menegakkan kembali menjalankan syariat Islam pada tingkatan negara (dibaca Turki) secara jelas ditekan oleh dunia internasional yang katanya mereka adalah perwakilan pimpinan umat manusia dan mengurus Hak Asasi Manusia. Bahkan di sebuah negara yang masyarakatnya mempunyai kedekatan emosional dan spiritual dengan Turki, tega mengedarkan sebuah berita yang menampilkan citra negara tersebut menjadi negatif. Negara yang sedang berjuang untuk mengembalikan Islam sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagaimana pendahulunya.
Allah memang tidak pernah berbohong, ketika mengatakan orang yahudi dan nasrani itu tidak akan pernah rela sampai muslim mengikuti milah mereka. Kita bisa melihat bahwa ketidakrelaan itu semakin jelas dan masih terus berlangsung dan akan terus terjadi. Lalu, apa upaya kita?
Aku jadi teringat tokoh yang dekat dengan kita. Beliau adalah tokoh bangsa ini, Hamka dan Natsir. Hamka ketika berbeda pendapat dengan pemerintahan hingga puncaknya beliau dikirimkan ke penjara. Natsir yang turut berjuang dalam kemerdekaan Indonesia, memberikan sumbangsih yang tidak sedikit baik tenaga dan pikiran dalam berkontribusi untuk pemerintah melalui Partai Masyumi. Tapi, ujung-ujungnya Masyumi dibubarkan karena tidak sejalan dengan negara “katanya”.
Tapi, ada hal yang menarik yang dapat kita jadikan pelajaran dari tokoh di atas. Hamka telah melahirkan karya yang fenomenal dari dalam penjara. Beliau dapat menyelesaikan Tafsir Al Azhar, yang beliau akui sendiri, jikalah tidak masuk ke penjara, beliau tidak tahu kapankah Tafsir ini akan selesai, atau bahkan mungkin tidak akan selesai.
Natsir, setelah Masyumi dibubarkan, tempat beliau berkiprah dan berkontribusi sudah dilarang beraktifitas oleh pemerintah. Tidak berhenti berkarya, beliau mendirikan Dewan Dakwah Islam Indonesia. memfokuskan diri pada pendidikan dan dakwah kepada pesantren, masjid dan kampus. Sedikit bercerita teman, bisa dikatakan bahwa aku bisa menjadi saksi bahwa Dewan Dakwah Islam Indonesia telah berkontribusi untuk dakwah Islam. Aku mengakui bahwa niatku untuk terjun ke dunia dakwah, selain hikmah dari Allah juga karena wasilah dakwah yang dibawa oleh pendahulu kita, Natsir. Jujur, aku mengenal dakwah lebih baik karena pernah dalam lingkaran LDK (Lembaga Dakwah Kampus).
Teman-teman sebagaimana kita ketahui, sebagaimana kita rasakan sekarang ini, sebagaimana yang kita ketahui melalui sirah-sirah nabi dan para sahabat, bahwa dakwah itu memang tidak mudah. Dakwah memiliki tantangan, rintangan dan halangan. Tapi apa yang membuat para pendahulu kita mulia adalah karena meyakini Allah sepenuh hati, iman yang kokoh tak tergoyahkan dengan Rasulullah SAW sebagai teladan. Menerjang segala tantangan, rintangan dan halangan untuk menghasilkan karya sebagai bukti keikhlasan dalam mengemban risalah ini.
Sekarang giliran kita untuk berkarya dalam dakwah. Tapi jangan lupa berdoa agar tetap istiqamah dan terus memperbaiki diri dan mempelajari Al Quran.
Wallahu’alam.
image source: atmakusumah.wordpress.com